PILIH KATAGORI DIPILIHAN SEBELAH KANAN

Cerpen>>> IJINKAN AKU MENCINTAIMU


IJINKAN AKU TETAP MENYAYANGIMU
OLEH. daenk

Musim kenaikan sekolah telah tiba, itu berarti sudah saatnya aku menyusul papa dan mama yang sudah ke Jember karena pindah tugas, sedih berpisah dengan teman-teman dikelasku, berpisah dengan wawan yang bonsor namun feminin abis, Adim yang mungil dan lucu, Ana yang sering mentraktir aku dan banyak lagi teman-temanku. Pindah sekolah ke jember belum siap rasanya, aku harus beradaptasi dengan teman-teman baru, bapak dan ibu guru yang belum tahu karakter nya..pokoknya sedih banget.
Hari ini untuk pertama kalinya aku naik bis antar kota, sendirian lagi, tapi tak apalah aku pingin buktikan pada ayah dan mama kalau aku sudah mandiri sekarang. Sampai diperjalanan kepalaku pusing sekali, perut mual pingin muntah, terlebih kursi disebalahku telah duduki serang pria, bikin aku grogi dan bingung. Namun

karena sudah tak kuat lagi maka “Whak…whak…” aku muntah karena masuk angin. Pria disebelahku menyudorkan sebuah plastik dan memberi aku sebuah tisu karena saputangan milikku telah penuh dengan muntahanku. “trima kasih” kataku lirih. “Masuk angin ya dik” tanyanya dengan nada panik dan aku membalasnya dengan anggukan kecil. Seklias aku lihat wajah pria itu sangat cakep, badannya tinggi tegap namun bisa aku raba usianya jauh diatasku, kemungkinan ia mahasiswa atau bisa jadi sudah sarjana. “tujuan kamu kemana” ia bertanya lagi. “mau ke Jember” jawabku sedikit malu. “Oh…” balasnnya dengan singkat, entah mengapa hatiku tiba-tiba berdetak sangat kencang ketika mataku bertatapan dengan matanya. “Oh..tuhan apakah yang kurasakan ini, jatuh cinta?…tak mungkin usiaku sepertinya jauh dibanding dia” katiku terus berkecamuk. “Adik sendirian saja ya…emang dari mana..?” tanya dia memecah keteganganku. “aku dari semarang, kakak sendiri mau kemana” kataku memberanikan diri. “sama seperti kamu” jawabnya sembari tersenyum kecil yang kontan mendetakkan jantungku. Entah apa yang aku rasakan ketika bersama dia sepertinya senang sekali dan aku merasa aman bersamanya. Semapai di madiun bis singga kesebuah lestoran, semua penumpang turun. “adik gak turun, emang gak lapar atau haus” katanya sambil beranjak berdiri. “enggak kak, aku masih pusing” jawabku sambil memegang kepalaku. Ia tersenyum lalu kembali duduk di sebelahku. “biar aku temani kamu disini, aku takut nanti terjadi apa-apa sama kamu”. Katanya yang kontan menyesakkan dadaku. Oh tuhan ada apa dengan ku, kenapa seyumnya begitu melumpuhkan semua kekuatanku, apa aku jatuh cinta. Tapi tak mungkin aku baru saja bertemu dia dan tak banyak kenal tentang dia lagi pula ia tampak sangat dewasa dibanding aku yang baru kelas 3 SMP ini.
Semua penumpang naik dan bis mulai melanjutkan perjalanan. “dik bangun kita sudah sampai di jember” kata dia menggejutkanku yang ternyata terlepap tidur dibahunya. “oh maaf, saya tadi ngak sengaja tertidur dibahu kakak”. “Ah, gak apa…adikkan capek” jawabnya sembari berkemas.
Semua penumpang telah turun, tapi pria yang bersamaku tadi tak terlihat, padahal aku sudah mencarinya kesana-sini, aku ingin menyampaikan terima kasih padanya tapi ia hilang begitu saja pada hal aku belum berkenalan dan tak tahu siapa namanya.
Liburan telah usai dan aku memasuki sekolah baruku. Semuanya begitu asing bagiku, aku tak punya seorang temanpun disini. Lima hari sudah aku disekolah ini tapi yang aku rasakan seperti dineraka, aku benar-benar tak betah disekolah ini.
Tiba-tiba pandanganku tertujuh pada sosok guru yang memparkir sepeda motornya. Dialah sosok yang selama ini menghantui dunia khayalannya dialah pria yang bersamaku di bis sebulan yang lalu. “Apakah dia guru di sekolah ini ” tanyaku dalam hati. Aku terus mengamatinya tampak ia sangat akrab pada semua murid di sekolah ini bahkan tak terlihat seperti guru dan murid melainkan seperti teman. Dia menatapku, dadaku berdebar kencang lalu dia menghampiri aku. “kamu siswa baru disekolah ini ya…?, tapi sepertinya aku mengenalmu” tanya dia yang aku balasa dengan anggukan. “Ia, anda pernah menolong aku di bis” jawabku sambil tersenyum.

Hari ini perasaanku merasakan suatu yang beda. Kalau kemarin aku sangat malas berangkat sekolah tapi pagi ini aku begitu bersemangat sekali. Apa semua ini karena pria itu yang ternyata adalah guruku, pak Adi Santoso itulah namanya yang oleh teman-teman lebih dekenal dengan nama pak Rohib, karena perawakannya yang tinggi besar dan wajahnya yang mirip bintang india Ritick kosan. “Pak, terima kasih karena waktu itu bapak telah menolong aku, dan aku tidak sempat berterima kasih pada bapak” kataku ketika aku berpapasan dengan P Rohib. “tak apa, oya gimana rasanya sekolah disini?” “seneng pak, bapak mengajar apa disini?”. “Olahraga”. Katanya sambil tersenyum dan menatapku yang membuat aku semakin berbunga-bunga.
Hari demi hari ku lewati, aku telah sangat akrab dengannya bahkan semakin lama aku merasa sayang sekali pada P Rohib, aku tak peduli meskipun ia guruku sendiri, terkadang aku cemburu ketika melihat teman-teman bercanda dengannya, dan aku sangat yakin aku mencintainya. “cinta memang buta” gerutuku dalam hati sambil tertawa sendiri. Aku harus menyatakan perasaanku ini pada P Rohib aku tak bisa terus menerus menahan perasaanku.
Bagaikan tersambar petir aku mendengar kabar kalau P Rohib telah mempunyai istri, hatiku hancur.., tapi aku terlanjur mencintainya, menyayanginya dan bahkan hari-hariku telah aku lewatkan hanya untuk berhayal dan memimpikannya.
“Jadi bapak telah beristri” tanyaku memberanikan diri “Benar, bapak masih pengantin baru..masih tiga bulan lho” jawabnya enteng sambil tersenyum menampakkan kebahagiaan. Aku hanya tertegun perlahan-lahan urat nadiku terhenti, sepertinya aku mau mati. “Via, kamu kenapa?” katanya. “ng..nggak apa pak” jawabku sambil berlari tak kuasa menahan kehancuran.
Seminggu sudah aku berbaring di kamar, papa dan mama telah membujuk aku ke dokter untuk di periksa tapi selalu ku tolak. “Via, apa yang kamu rasakan nak..., kenapa kamu tak mau makan kamu bisa sakit dan bisa-bisa kamu gak lulus karena seminggu tak mengikuti pelajaran” kata mama padaku. Dan aku hanya berlinang air mata...aku berasa sangat kehilangan. Teman-teman mulai berdatangan menjengukku tapi aku masih saja tak berdaya bahkan tak memiliki semangat untuk hidup lagi. Pada minggu kedua Pak rohib dan beberapa guru mengunjungiku, aku bisa melihatnya tapi aku tak mampu bergerak karena aku sangat lemas. Aku tak mampu membendung air mataku ketika melihat tatapan matanya. “Via..., kamu sakit apa, lihat badanmu semakin kurus, meskipun kamu cantik tapi kalau seperti ini keadaannya mada ada cowok yang naksir kamu nanti, ayo bangun...cepat sembuh dan sekolah lagi, kami kangen sama kamu” canda Pak Rohib menghiburku. “ Apa bapak juga merindukan Via..?” tanyaku yang tentu saja mengejutkan semua orang yang ada di kamar. “Ia kami semua merindukan Via, bukan hanya bapak, Pak Tatang, Pak Rochim, juga Pak Timbul, kita semua kangen Via kok” jawabnya. “Pak, Via.., Via sayang bapak, Via sayang bapak sejak pertemuan kita pertama di bis itu, bahkan Via cinta sama bapak” kataku yang membuat semua orang semakin bingung. “Apa maksud Via..., bukankah Via tau kalau bapak ini guru Via, lagi pula bapak sudah menikah, Via...” katanya yang kusambut dengan isak tangis yang kencang. Dan kemudian aku tak sadarkan diri.
Tiga hari kemudian Pak Rohib kembali menjengukku, kali ini ia sendirian. “bagamana keadaan Via, bu?” tanya dia ke mama. “Ia mulai mau makan dan kesehatannya mulai membaik” jawab mama sambil menuju tempat tidurku. “selamat pagi Via..?” sapanya yang aku balas dengan senyum simpul. “Pak, Via kangen sama bapak” kataku, pak Rohib hanya tersenyum. Mendengar perkataaku mama meninggalkan ruangan seolah memberi kesempatan kamu untuk ngobrol. “Via, bapak juga kangen, bapak juga sayang Via tapi tak lebih dari seorang guru pada muridnya, Via paham kan..?”. “Apakah seorang murid tidak boleh mencintai gurunya” tanyaku. “Cinta yang kau rasakan itu adalah anugrah, tapi kamu jangan dibutakan dengan perasaanmu, kamu masih sangat mudah, masih panjang jalan yang harus kau lalui, jadi sadarlah dan mulailah kehidupanmu”. Jawabnya. “pak...aku memang bodoh bahkan mungkin gila, tapi aku tak berbohong tentang perasaanku”. “aku hargai itu, tapi kamu juga harus bisa menghargai bapak dan istri bapak ya”. Ungkapnya yang kubalas dengan senyum dan anggukan. “pak terima kasih bapak telah perhatian sama Via, aku janji akan masuk sekolah lagi tapi aku minta tolong ke bapak ya..!”. “Katakan itu, kalau bisa pasti aku menolongmu”. “tolong biarkan aku terus menyangmu, menggumimu, dan menjadikanmu sebagai tokoh di dalam khayalku, meski aku sadar untuk memilikimu adalah sesuatu yang mustahil, tolonglah aku dengan sayangmu tuk perlahan-lahan melupakanmu, biarkan aku bangkit mengejar masa depanku bersama kasihmu meski itu semu bagiku”. Pak Rohib terseyum dan menjabat tanganku. “Semoga kau bahagia Via”. Jawabnya, yang menjadikan tongkat bagiku tuk bangkit dan bersemangat lagi. Pak Rohib terima kasih karena telah mengijinkan aku tetap menyayangimu.


Kalian punya/bisa membaut cerpen????
publikasikan aja cerpen kamu lewat kiriman posting komentar...atau bisa kirim lewat email daenk_abl@yahoo.com/narend_jbr@yahoo.co.id.
atau langsung aja menemui P. Nurul OK....di tunggu ya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Celoteh Twitterku

Sahabat-sahabat yang luar biasa

komentar